RSS

Perekonomian Indonesia_softskill


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah atau Negara Indonesia adalah kemiskinan, dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan tersebut, padahal setiap mereka yang memimpin Negara Indonesia selalu membawa kemiskinan sebagai misi utama mereka disamping misi-misi yang lain.
Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1), mengatakan bahwa upaya menurunkan tingkat kemiskinan telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan di tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada awal 1990-an kembali naik. Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan pendapatan melebar yang mencakup antar sector, antar kelompok, dan ketidakmerataan antar wilayah.
Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis ekonomi pada tahun 1998. Namun ketika pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun akibat krisis dapat teratasi dan dapat dipulihkan, kemiskinan tetap saja sulit untuk ditanggulangi. Pada tahun 1999, 27% dari total penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Sebanyak 33,9% penduduk desa dan 16,4% penduduk kota adalah orang miskin. Krisnamurthi dalam Nyayu Neti Arianti, dkk, (2004:3)
Salah satu persyaratan keberhasilan pengentasan kemiskinan adalah dengan cara mengidentifikasi kelompok sasaran dan wilayah sasaran dengan tepat. Program pengentasan dan pemulihan nasib orang miskin tergantung dari langkah awal yaitu ketetapan mengidentifikasi siapa yang dikatakan miskin dan dimana dia berada. Aspek dimana “si miskin” dapat di telusuri melalui si miskin itu sendiri serta melalui pendekatan-pendekatan profil wilayah atau karakter geografis.
Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional, oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.
Dalam upaya penanggulangan kemiskinan ada dua strategi utama yang harus ditempuh oleh pemerintah. Pertama, melindungi keluarga dan kelompok masyarakat miskin melalui pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Kedua, memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.
Kemiskinan terjadi karena kemampuan masyarakat pelaku ekonomi tidak sama, sehingga terdapat masyarakat yang tidak dapat ikut serta dalam proses pembangunan atau menikmati hasil-hasil pembangunan. Soegijoko, (1997:137). Dengan kata lain yang kaya semakin kaya yang miskin semakin menderita.

B.     Rumusan Masalah
1.      Indikator Kesenjangan dan Indikator Kemiskinan
2.      Macam-macam Kemiskinan
3.      Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
4.      Kebijakan Anti Kemiskinan

C.     Tujuan Masalah
1.      Dapat Memahami Apa Saja Indikator Kesenjangan Dan Kemiskinan
2.      Dapat Mengetahui Dan Memahami Macam-Macam Kemiskinan
3.      Dapat Memahami Factor-Faktor Penyebab Kemiskinan
4.      Dapat Memahami Kebijakan Anti Kemiskinan







BAB II
PEMBAHASAN
Avi Mutia Soraya
A.    Pengertian Kemiskinan
kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.

B.   Indikator kesenjangan
Ada sejumlah cara untuk mrngukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama dengan tiga alat ukur, yaitu the generalized entropy (GE), ukuran atkinson, dan koefisien gini. Yang paling sering dipakai adalah koefisien gini. Nilai koefisien gini berada pada selang 0 sampai dengan 1. Bila 0 : kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama dari pendapatan) dan bila 1 : ketidakmerataan yang sempurna dalam pembagian pendapatan.
Kurva Lorenz, Kumulatif presentase dari populasi, Yang mempunyai pendapatan Ide dasar dari perhitungan koefisien gini berasal dari kurva lorenz. Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut, semakin besar tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan.
Ketimpangan dikatakan sangat tinggi apabilai nilai koefisien gini berkisar antara 0,71-1,0. Ketimpangan tinggi dengan nilai koefisien gini 0,5-0,7. Ketimpangan sedang dengan nilai gini antara 0,36-0,49, dan ketimpangan dikatakan rendah dengan koefisien gini antara 0,2-0,35.
Selain alat ukur diatas, cara pengukuran lainnya yang juga umum digunakan, terutama oleh Bank Dunia adalah dengan cara jumlah penduduk dikelompokkan menjadi tiga group : 40% penduduk dengan pendapatan rendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah, dan 20% penduduk dengan pendapatan tinggi dari jumlah penduduk. Selanjutnya, ketidakmerataan pendapatan diukur berdasarkan pendapatan yang dinikmati oleh 40% penduduk dengan pendapatan rendah. Menurut kriteria Bank Dunia, tingkat ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan dinyatakan tinggi, apabila 40% penduduk dari kelompok berpendapatan rendah menerima lebih kecil dari 12% dari jumlah pendapatan. Tingkat ketidakmerataan sedang, apabila kelompok tersebut menerima 12% sampai 17% dari jumlah pendapatan. Sedangkan ketidakmerataan rendah, apabila kelompok tersebut menerima lebih besar dari 17% dari jumlah pendapatan.

C.   Indikator kemiskinan
Untuk mengukur kemiskinan terdapat 3 indikator yang diperkenalkan oleh Foster dkk (1984) yang sering digunakan dalam banyak studi empiris. Pertama, the incidence of proverty : presentase dari populasi yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi perkapita dibawah garis kemiskinan, indeksnya sering disebut rasio H. Kedua, the dept of proverty yang menggambarkan dalamnya kemiskinan disuatu wilayah yang diukur dengan indeks jarak kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan sebutan proverty gap index. Indeks ini mengestimasi jarak/perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis tersebut yang dapat dijelaskan dengan formula sebagai berikut :

Pa = (1 / n) ∑i [(z - yi) / z]a

Indeks Pa ini sensitif terhadap distribusi jika a >1. Bagian [(z - yi) / z] adalah perbedaan antara garis kemiskinan (z) dan tingkat pendapatan dari kelompok keluarga miskin (yi) dalam bentuk suatu presentase dari garis kemiskinan. Sedangkan bagian [(z - yi) / z]a adalah presentase eksponen dari besarnya pendapatan yang tekor, dan kalau dijumlahkan dari semua orang miskin dan dibagi dengan jumlah populasi (n) maka menghasilkan indeks Pa.

Ketiga, the severity of property yang diukur dengan indeks keparahan kemiskinan (IKK). Indeks ini pada prinsipnya sama seperti IJK. Namun, selain mengukur jarak yang memisahkan orang miskin dari garis kemiskinan, IKK juga mengukur ketimpangan di antara penduduk miskin atau penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Indeks ini yang juga disebut Distributionally Sensitive Index dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan.

Christy Angelina C.
D.   Macam-macam kemiskinan
Kemiskinan dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
Ø  Kemiskinan absolut yaitu mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia.
Ø  Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum.
Ø  Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang

Resfita Damayanti
E.    Faktor-faktor  penyebab kemiskinan
Setiap permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang mengiringinya yang menyebabkan timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga dengan masalah kemiskinan yang dihadapi oleh negara indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-29) yaitu :
1).   Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.

2).   Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.

3).   Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.

4).   Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.

5).   Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.

6).   Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.

Suryadiningrat dalam Dadan Hudayana (2009:30), juga mengemukakan bahwa kemiskinan pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Penganiayaan manusia terhadap diri sendiri tercermin dari adanya :
1) keengganan bekerja dan berusaha,
2) kebodohan,
3) motivasi rendah,
4) tidak memiliki rencana jangka panjang,
5) budaya kemiskinan, dan
6) pemahaman keliru terhadap kemiskinan.

Sedangkan penganiayaan terhadap orang lain terlihat dari ketidakmampuan seseorang bekerja dan berusaha akibat :
1) ketidakpedulian orang mampu kepada orang yang memerlukan atau orang tidak mampu dan
2) kebijakan yang tidak memihak kepada orang miskin.

Kartasasmita dalam Rahmawati (2006:4) mengemukakan bahwa, kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab, diantaranya yaitu :
1.  Rendahnya Taraf Pendidikan
Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan meyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan seseorang untuk mencari dan memanfaatkan peluang.
2.  Rendahnya Derajat Kesehatan
Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa.
3. Terbatasnya Lapangan Kerja
Selain kondisi kemiskinan dan kesehatan yang rendah, kemiskinan juga diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan.

4.  Kondisi Keterisolasian
Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya.

Nasikun dalam Suryawati (2005:5) menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :
1)      Pelestarian Proses Kemiskinan
Proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.

2)    Pola Produksi Kolonial
Negara ekskoloni mengalami kemiskinan karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.

3)    Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Adanya unsur manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.

4)    Kemiskinan Terjadi Karena Siklus Alam.
Misalnya tinggal di lahan kritis, dimana lahan ini jika turun hujan akan terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.

5)    Peminggiran Kaum Perempuan
Dalam hal ini perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.

6)    Faktor Budaya dan Etnik
Bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara kemiskinan seperti, pola hidup konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.

Rizka Setyawati
F.    Kebijakan Anti kemiskinan
Untuk merumuskan kebijakan dan program-program yang akan dilaksanakan untuk memberantas kemiskinan, dapat menggunakan beberapa teori. Antara lain :
1.      Teori Neo-Liberal
Teori ini mengatakan bahwa kemiskinan merupakan persoalan individu yang bersangkutan. Kemiskinan akan hilang jika pertumbuhan ekonomi dipacu setinggi-tingginya.

2.      Teori Demokrasi Sosial
Teori ini memandang bahwa kemiskinan bukanlah persoalan individu, melainkan struktural. Maksudnya Kemiskinan ini disebabkan oleh adanya ketidak adilan dan ketimpangan dalam masyarakat akibat tersumbatnya akses kelompok kepada sumber-sumber kemasyarakatan.

3.      Teori Marjinal
Teori ini berasumsi bahwa kemiskinan di perkotaan  terjadi dikarenakan adanya ‘kebudayaan kemiskinan’ (culture of poverty)  yang tersosialisasi di kalangan masyarakat atau komunitas tertentu.

4.      Teori Development
muncul dari teori-teori pembangunan terutama  neo liberal. Teori ini mencari akar masalah kemiskinan pada persoalan ekonomi dan masyarakat sebagai satu kesatuan

5.      Teori Struktural
Teori ini berasumsi bahwa kemiskinan dikota-kota Dunia Ketiga terjadi bukan karena persoalan budaya, dan juga bukan bukan persoalan pembangunan ekonomi, melainkan persoalan struktural, yang hanya dapat dijelaskan dalam konstelasi politik-ekonomi Dunia.

6.      Teori Artikulasi Moda Produksi
adalah salah satu teoeri dalam jajaran studi-studi pembangunan yang dikembangkan oleh Pierre-Phillipe Rey, Meillassoux, Terry, dan Taylor,














BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Kemiskinan di Indonesia masih menjadi masalah yang belum bisa di berantas. Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis ekonomi pada tahun 1998. Namun ketika pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun akibat krisis dapat teratasi dan dapat dipulihkan, kemiskinan tetap saja sulit untuk ditanggulangi. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi kemiskinan di indonesia yaitu Pendidikan yang terlampau rendah, malas bekerja, keterbatasan sumber daya, terbatasnya lapangan pekerjaan, keterbatasan modal.

B.   Saran
Untuk mengurangi tingkat kemiskinan, kita dituntut untuk berinovasi dan berwirausaha agar mampu menciptakan lapangan kerja baru dan akan menekan tingkat pengangguran. Serta dapat memberikan pembekalan keterampilan pada masyarakat miskin agar mampu memanfaatkan barang-barang bekas disekitarnya untuk dijadikan produk yang memiliki nilai jual tinggi. Dengan demikian secara perlahan tingkat kemiskinan di Indonesia dapat diatasi.

Kemiskinan di Indonesia


Pada dasarnya, kemiskinan merupakan persoalan klasik yang telah ada sejak umat manusia ada. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks, berwajah banyak, dan tampaknya akan terus menjadi persoalan aktual dari masa ke masa. Meskipun sampai saat ini belum ditemukan suatu rumusan ataupun formula penanganan kemiskinan yang dianggap paling berdayaguna, signifikan, dan relevan, pengkajian konsep dan strategi penanganan kemiskinan harus terus menerus diupayakan. Pengupayaan tersebut tentu sangat berarti hingga kemiskinan tidak lagi menjadi masalah dalam kehidupan manusia.
kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
Ø  Kemiskinan absolut yaitu mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia.
Ø  Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum.
Ø  Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang

·     Factor-faktor Penyebab Kemiskinan
1.      Pendidikan yang Terlampau Rendah yaitu tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2.      Malas Bekerja yaitu adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3.      Keterbatasan Sumber Alam yaitu suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.
4.      Terbatasnya Lapangan Kerja yaitu keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.
5.      Keterbatasan Modal yaitu seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6.      Beban Keluarga yaitu seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.      
                                                   
·           Kebijakan Anti Kemiskinan
1.      Teori Neo-Liberal
Teori ini mengatakan bahwa kemiskinan merupakan persoalan individu yang bersangkutan. Kemiskinan akan hilang jika pertumbuhan ekonomi dipacu setinggi-tingginya.
2.      Teori Demokrasi Sosial
Teori ini memandang bahwa kemiskinan bukanlah persoalan individu, melainkan struktural. Maksudnya Kemiskinan ini disebabkan oleh adanya ketidak adilan dan ketimpangan dalam masyarakat akibat tersumbatnya akses kelompok kepada sumber-sumber kemasyarakatan.
3.      Teori Marjinal
Teori ini berasumsi bahwa kemiskinan di perkotaan  terjadi dikarenakan adanya ‘kebudayaan kemiskinan’ (culture of poverty)  yang tersosialisasi di kalangan masyarakat atau komunitas tertentu.
4.      Teori Development
muncul dari teori-teori pembangunan terutama  neo liberal. Teori ini mencari akar masalah kemiskinan pada persoalan ekonomi dan masyarakat sebagai satu kesatuan
5.      Teori Struktural
Teori ini berasumsi bahwa kemiskinan dikota-kota Dunia Ketiga terjadi bukan karena persoalan budaya, dan juga bukan bukan persoalan pembangunan ekonomi, melainkan persoalan struktural, yang hanya dapat dijelaskan dalam konstelasi politik-ekonomi Dunia.
6.      Teori Artikulasi Moda Produksi
adalah salah satu teoeri dalam jajaran studi-studi pembangunan yang dikembangkan oleh Pierre-Phillipe Rey, Meillassoux, Terry, dan Taylor,



bisnis yang cocok dalam segala kondisi

Menurut pendapat saya bisnis yang cocok dalam segala kondisi adalah berbisnis makanan. Namun jika ingin membuka tempat makan, terlebih dahulu kita harus menentukan tempat yang strategis dan menyediakan makanan murah meriah serta nikmat untuk disantap, contohnya kita membuka tempat makan yang menyediakan berbagai menu masakan rumahan seperti warteg dan memilih lokasi disekitar perkantoran atau universitas, karena pada lokasi tersebut banyak orang yang beraktivitas sehingga akan memperoleh banyak pembeli. Dalam berbagai kondisi tempat makan ini akan selalu ramai dan banyak peminatnya, selain menyediakan makanan rumahan harganya pun terjangkau bagi para karyawan yang memiliki pendapatan pas-pas an atau bagi para mahasiswa yang memiliki uang saku terbatas.
Selain itu makanan yang disediakan pun menyehatkan dan memenuhi kebutuhan gizi sehingga banyak orang yang memilih untuk makan disini. Warteg atau tempat makan masakan rumahan ini tidak berpengaruh pada musim, sehingga pendapatan yang di peroleh pun akan stabil atau bahkan meningkat tergantung seberapa banyak menu makanan yang disediakan dan pengunjung yang datang untuk membeli. Berbeda dengan pedagang buah-buahan yang bergantung pada setiap musim dan mengakibatkan pendapatan yang di peroleh pun tidak menentu setiap bulannya.
Jika kita bandingkan lagi dengan bisnis lain seperti menjual minuman dingin atau es kelapa muda, jika kita menjual es kelapa muda atau es-es lainnya puncak pendapatan maksimumyang kita peroleh hanya akan ada pada saat musim panas saja tapi jika sudah memasuk musim penghujan seperti saat ini para peminat atau pembelinya akan merosot drastis. Dari perbandingan tersebut dapat kita simpulkan bahwa makanan seperti yang dijual pada tempat makan masakan rumahan ( warteg ) tersebut jauh lebih menguntungkan dibanding dengan menjual buah-buahan atau menjual minuman dingin seperti es kelapa muda tersebut  karena penjualan makanan rumahan tersebut tidak bergantung atau tidak berpengaruh pada musim sehingga pendapatan yang diperoleh pun akan stabil atau mengalami peningkatan.

pengembangan potensi yang terdapat dalam diri sendiri menurut pendapat orang lain


Pandangan negatif mengenai diri saya menurut pendapat teman-teman terdekat saya. Saya adalah pribadi yang egois, moodyan, penakut, tidak  mudah mengambil keputusan, dan terlalu berlebihan dalam berbagai kondisi. Selain itu saya juga mudah terbawa perasaan jika ada sebagian orang yang membicarakan saya, jika saya mengetahui apa yang mereka perbincangkan saya akan terus kepikiran dengan ucapan-ucapan mereka. Atau jika saya berbuat salah terhadap salah satu teman saya saya akan memikirkannya terus dan itu membuat perasaan saya tidak nyaman.
Kalau ada pandangan negatif pastinya ada juga pandangan positif mengenai saya, kan tidak semua orang itu memiliki sifat jelek. Menurut pendapat orang-orang terdekat saya juga mengenai sifat positif saya, kebanyakan orang berpendapat saya ini pribadi yang baik, rajin (kadang-kadang), perhatian, bertanggung jawab, sayang terhadap keluarga dan royal. Dari pernyataan yang dipaparkan oleh teman-temen dekat saya tersebut saya dapat mengetahui kelebihan yang ada diri saya sendiri.
Namun dari kelebihan yang dipaparkan tersebut saya tidak boleh berbangga hati atau bertinggi hati bahkan saya harus memperbaiki diri saya yang masih balum terlalu benar karena saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik untuk orang-orang disekitar saya maupun orang lain yang tidak terlalu dekat dengan saya. Cukup sekian pemaparan mengenai diri saya menurut pandangan orang-orang di sekitar saya :)

Tugas 3 Pengantar Bisnis

Dari contoh kasus pada tugas 2 yang membandingkan antara produk kecantikan lokal dengan produk kecantikan luar negeri. Menimbulkan beberapa kendala, salah satu kendalanya yaitu bahan dasar pembuat produk yang masih jarang atau bahannya sedikit. Sehingga masyarakat lebih nyaman menggunakan produk luar karena produknya lebih banyak di pasaran daripada produk lokal yang hanya terdapat di gerai–gerai tertentu. Oleh karena itu Indonesia harus menggembangkan produktifitasnya.
Langkah-langkah yang harus di lakukan untuk mengembangkan produktifitas di Indonesia yaitu :
  1. 1.    Menambah produksi produk tersebut.
  2. 2.    Mengelola sumber daya alam lainnya untuk membuat/memproduksi produk baru
  3. 3.    Melestarikan sumber daya alam yang ada agar tidak habis karna pemakaian yang terlalu besar
  4. 4.    Melakukan penanaman kembali terhadap sumber daya alam seperti tumbuhan yang digunkan sebagai bahan dasar pembuatan produk.
  5. 5.    Memberikan informasi yang benar terhadap produk yang dtawarkan.

Dari langkah langkah tersebut diharapkan produsen Indonesia mampu mengembangkan produktifitas produksinya agar produk lokal seperti produk kecantikan tersebut mampu menyediakan produk sesuai dengan permintaan pasar agar masyarakat dapat dengan mudah menemukan produk lokal dan dapat beralih ke produk lokal.

Selain produsen, peran para penjual pun sangat penting. Jika penjual menjual lebih banyak produk lokal dibandingkan produk luar negeri kemungkinan minat konsumen/masyarakat untuk menggunakan produk lokal akan tumbuh secara perlahan.

Tugas 2 Pengantar Bisnis

Contoh kasus  :
Salah satu produk asli Indonesia yaitu “Sari Ayu”, “Mustika Ratu” dan “Viva” adalah produk kecantikan asli Indonesia yang kandungan di dalamnya tidak berat untuk wajah dan cocok untuk orang yang tinggal di wilayah tropis. Namun, kenyataannya masyarakat Indonesia banyak yang menggunakan produk luar seperti Revlon. Hal ini bisa terjadi karena tingkat kepercayaan konsumen yang tinggi pada produk luar negeri yang sudah mendunia dibanding dengan produk lokal, padahal produk lokal juga tidak kalah hebatnya dengan produk luar negeri.

Pendapat:
            Sebagai generasi muda Indonesia, kita harus lebih slektif dalam memilih produk asing yang masuk ke indonesia karena produk asing yang masuk ke Indonesia tidak selalu berdampak positif bagi generasi muda. Salah satu contohnya seperti contoh kasus diatas. Dari contoh kasus diatas sudah di jelaskan bahwa produk kecantikan lokal seperti sari ayu, mustika dan viva tidak kalah bagus dengan produk luar bahkan produk lokal lebih bagus karna kandungan didalam produk tersebut sudah disesuaikan untuk kulit orang Indonesia.
            Selain itu sebagai generasi muda, kita harus menumbuhkan minat yang besar untuk menggunakan produk dalam negeri dan menumbuhkan rasa cinta tanah air agar kita bangga menggunakan produk dalam negeri. Kebanyakan generasi muda saat ini terlalu gengsi untuk menggunakan produk lokal mungkin karna merknya belum mendunia, seharusnya sebagai generasi muda kita harus bangga dengan produk dalam negeri dengan kita menggunakan produk dalam negeri produk asing yang akan sulit masuk ke Indonesia.
            Langkah-langkah untuk mengantisipasi masuknya produk luar ke Indonesia :
1.    Menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, dengan menggunakan produk dalam negeri
2.    Menumbuhkan minat untuk menggunakan produk dalam negeri
3.    Mengurangi penggunaan produk luar negeri
4.    Mengganti produk luar negeri dengan produk dalam negeri

Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan generasi muda mampu menangkis pengaruh produk asing  yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.